Jumat, 04 Oktober 2013

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PERSALINAN KALA I DI PONDOK BERSALIN NGUDI SARAS TRIKILAN KALI JAMBE SRAGEN

JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT
KECEMASAN PADA IBU PERSALINAN KALA I DI PONDOK BERSALIN
NGUDI SARAS TRIKILAN KALI JAMBE SRAGEN

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kecemasan (ansietas) merupakan stressor yang dapat merangsang sistim saraf simpati dan modula kelenjar andrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi hormone adrenalin sehingga dapat menimbulkan tingkat kecemasan. Terutama berkaitan dengan kemarahan, agresifitas,
semangat berkompetisi, diburu waktu dan pendendam. Rasa cemas ini merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekawatiran, ketidakenakan dan perasa tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai
perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu dan kemampuan untuk menemukan pemecahan masalah terhadap masalah yang diahadapi (Kaplan and Saddock, 1998).
Proses keperawatan di Rumah Sakit seringkali mengakibatkan aspek- aspek peikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang diungkapkan sarafino dalam kecemasan merupakan perasaan yang paling
umum dialami oleh pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien akan dilakukan pembedahan atau tindakan yang mengancam jiwanya sebagian besar berfokus pada hubungan antara kecemasan, dalam proses kelahiran atau masa perawatan
penyembuhan (Stuart and Sundeen, 1998 ). Pasien yang akan melahirkan biasanya mengalami masalah-masalah psikologis yang berupa reaksi emosi sebagai menifestasi gejala psikologis,
sebab tindakan yang akan dilakukan baik pembadahan maupun tindakan pertolongan persalinan marupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan stress fisiologis maupun psikologis. Reaksi emosi ini biasanya pada umumnya berupa reaksi negatif,
seperti menolak, takut, marah, sedih dan cemas. Reaksi tersebut merupakan hasil dari cara-cara individu dalam memandang realitas. Setiap emosi negatif atau menyakitkan terjadi karena individu berpikiran negatif terhadap konflik dan kondisi stress yang dialaminya, padahal sebenarnya individu dapat berpikiran positif, sehingga reaksi emosi yang muncul dapat berupa emosi- emosi positif yang mengarah pada kesehatan fisik dan kesejahteraan mental. Rasa cemas ini merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai
oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan perasa tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai perasaan tidak berdaya karena menemui jalan buntu dan ketidak mampuan untuk menemukan pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi (Stuart and Sundeen, 1998). Hal ini terjadi karena kebanyakan pasien persalinan kala I kurang mendapatkan informasi atau paparan yang
akurat tentang persalinan khususnya pasien persalinan primipara sehingga pasien cenderung membuat interprestasi sendiri (self interpretation) yang kadang-kadang berlebihan, seperti bahwa persalinan sangat menyakitkan dan mengancam jiwa, akibat dari munculnya rasa cemas ini adalah
meningkatnya sensitivitas (kepekaan) emosi individu dengan menifestasi mudah menangis dan mudah curiga (negative thingking) pada orang lain. Fase awal yang biasanya terjadi pada pasien yang akan melahirkan, mulai timbul rasa cemas yang berlebihan akibat dari rasa takut, sakit, ancaman dalam proses persalinan itu sendiri, dalam keadaan ini pasien yang akan mengalami persalinan yang berlangsung lama berkaitan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas ibu pada anak. Bagian utama pada persalinan diarahkan pada lambatnya persalinan, intervensi seperti amniotomi
dan pemberian oksitosin yang memperbesar tenaga dan mempercepat proses persalinan. Rasa cemas selalu mengiringi dalam proses persalinan, ancaman-ancaman dari berbagai persoalan yang dapat
mengancam atau menimbulkan kematian (Frigoletto, 1998). 
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis, pada tanggal 15 Oktober
2007 terdapat 2 pasien yang akan melakukan persalinan kala I terlihat dan
nampak cemas, kerena tidak pernah diberikan perlakuan teknik nafas dalam
dan kurangnya paparan atau informasi tentang teknik persalinan. Oleh karena
hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
pasien persalinan kala I di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe
Sragen. Berdasarkan masalah bahwa tingginya tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I peneliti dapat merumuskan masalah ” Bagaimanakah
perubahan tingkat kecemasan pada persalinan kala I melalui teknik nafas
dalam di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen?”.
Tujuan Penelitian
 Tujuan umum  penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teknik nafas
dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I.
Sedangkan  tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran
teknik nafas dalam, yaitu nafas dengan irama pernafasan dalam pada pasien
persalinan kala I. Kedua, diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada
pasien persalinan kala I.


METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menilai
pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
pasien persalinan dengan pendekatan eksperimen semu / quasi
eksperimen.Jenis desain Quasi eksperimen pada penelitian ini mengambil
jenis “One group pre test-posttest” di mana kelompok eksperimen diberikan
pre test sebelum di beri perlakuan  yang kemudian diukur dengan posttest
setelah  perlakuan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan
Kali Jambe Sragen Jawa Tengah. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2007.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan subyek atau hal-hal yang
ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani
persalinan kala I, berjumlah 12 responden yang menjalani persalinan kala I
pada bulan Desember 2007 di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali
Jambe Sragen Jawa Tengah. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Sedang sampel penelitian ini adalah
pasien persalinan kala I yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
Pertama, pasien yang menjalani persalinanan kala I baik primigravida
maupun muligravida. Kedua, bersedia dijadikan responden. Ketiga, pasien
yang diukur tingkat kecemasannya mengalami minimal kecemasan dari
tingkat kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan ringan, terdapat
12 responden. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah : Pertama, pasien yang
tidak  menjalani persalinan kala I. Kedua, tidak setuju untuk dijadikan
responden. Ketiga, tidak mengalami kecemasan.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang perlu
dikumpulkan adalah biodata responden dan skala tingkat kecemasan pasien
persalinan kala 1.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara dan lembar
observasi. Observasi dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Ada
beberapa skala tingkat kecemasan yang ditandai dengan gejala psikis, yaitu
kecemasan, tegang, takut, insomnia, kesulitan konsentrasi atau gangguan
intelektual dan perasaan depresi atau sedih. yang digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu : cemas ringan, sedang, berat, dan panik.
Skor kurang dari  150 : tidak ada cemas
Skor 150 – 199 : cemas ringan
Skor 200 – 299 : cemas sedang
Skor 300 – 399 : cemas berat
Skor lebih dari 399 : cemas luar biasa/ panik
Pengolahan dan Analisis Data
Kriteria hasil dari pemberian teknik nafas dalam pada pasien
persalinan kala 1 adalah terjadinya intensitas penurunan tingkat kecemasan
setelah diberikan perlakuan selama 15 menit. Indikator dari pemberian teknik
nafas dalam pada pasien persalinan kala 1 berdasarkan kriteria hasil adalah terjadi penurunan tingkat kecemasan, dari tingkat yang panik berubah ke
tingkat yang ringan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
       Penelitian tentang pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan
tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala 1 yang dilaksanakan di Klinik
Kebidanan Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen, sejak Bulan Desember
2007, adapun pengambilan sampel diperoleh responden yang telah
memenuhi kriteria sebanyak 12 responden. Perlakuan yang diberikan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah teknik nafas dalam selama 15 menit dalam
1 kali pertemuan.
      Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi Saras Trikilan Kali
Jambe Sragen sebanyak 3 orang  berumur 20-25 tahun , 3 orang berumur 26-
30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur  30-35 tahun. Berdasarkan
pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga 7 responden
(58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan responden yang menjalani
persalinan paling banyak yaitu persalinan multigravida  sebanyak 7
responden  (58,33%), sedangkan yang menjalani persalinan primigravida
sebanyak 5 responden (42,33%). Berdasarkan riwayat persalinan, semua
responden belum pernah ada yang melakukan persalinan dan ada juga yang
sudah pernah melakukan persalinan (tabel 1).
      Berdasarkan umur responden, banyak pasien yang akan menjalani
persalinan pada umur 20 – 25 tahun. Pasien yang berada pada umur tersebut
banyak yang mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3
responden (25 %), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, tapi lebih
banyak terjadi pada usia lebih dewasa. Sedangkan pada umur 26 – 30 lebih
banyak mengalami tingkat kecemasan berat  yaitu sebanyak 5 responden
(42, 33%).dan pada umur 26 – 30 hanya 1 responden (8,33%) yang
mengalami kecemasan sedang.  Sedangkan pada umur yang lebih tua  umur
31 – 35 tahun pada penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang
sebanyak 2 reponden (16, 67%) (tabel 2). Pendapat Soewardi (1998) bahwa
individu yang matur adalah individu yang memiliki kematangan kepribadian,lebih sukar mengalami stress karena indivudu yang matur mempunyai daya
adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul.
Sebagian besar responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
merupakan responden yang paling banyak mengalami tingkat kecemasan
berat sebanyak 5 responden (42,33%) faktor pekerjaan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, dimana seorang memiliki
pekerjaan beresiko justru memiliki koping yang lebih baik karena terbiasa
menghadapi keadaan atau situasi-situasi yang rumit (tabel 3). Pendapat ini
sesuai dengan penelitian ini bahwa pasien yang mengalami tingkat
kecemasan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dimana
mempunyai stressor yang paling berat dibanding pekerjaan lain.
        Jenis persalinan berpengaruh pada kecemasan yang terjadi pada
responden Di Klinik Bersalin Ngudi Saras Sragen. adapun yang termasuk
jenis persalinan antara lain persalinan multigravida dan primigravida.
Sedangkan yang termasuk persalinan primigravida tingkat kecemasanya lebih
tinggi sebanyak 5 responden 41,33%.dibanding persalinan multigravida 4
responden 33,33.%. Responden yang akan menjalani persalinan lebih banyak
mengalami minimal kecemasan (tabel 4).
              Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan paired t test
didapatkan nilai  t hitung = 13,000 sedangkan pengambilan keputusan dapat
langsung berdasarkan nilai signifikansi yang besarnya 0,000 dimana sig <
0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara
sebelum pemberian teknik nafas dalam dan sesudah pemberian teknik nafas
dalam pada pasien persalinan kala I (tabel 5).
        Beberapa karakteristik tingkat kecemasan sebelum pemberian perlakuan
teknik nafas dalam dimana responden yang mengalami tingkat kecemasan
sebelum perlakuan sebanyak 9 responden (74,49%) dengan skala tingkat
kecemasan berat. Sedangkan skala tingkat kecemasan sedang hanya
terdapat 3 responden (25%) (Tabel 6 ).
        Efektifitas pengukuran diketahui bahwa perlakuan teknik nafas dalam
setelah post perlakuan dapat diketahui skala tingkat kecemasan dengan
kriteria  tingkat kecemasan sedang  sebanyak 8 responden  (66,67%).
Sedangkan tingkat kecemasan ringan terdapat 4 responden (33,33%) (Tabel
7).JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
       Perubahan tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah pemberian
teknik nafas dalam. Sebelum pemberian teknik nafas dalam, responden yang
menyatakan tingkat kecemasan berat sebanyak 9 responden (74,97%)
sedangkan sesudah pemberian teknik nafas dalam, tingkat kecemasan
responden berubah menjadi ke tingkat kecemasan sedang sebanyak 8
responden (66,67%). Responden yang berada pada tingkat kecemasan
sedang sebelum pemberian teknik nafas dalam adalah sebanyak 3
responden (25%) dimana jumlah responden setelah pemberian teknik nafas
dalam terdapat 4 responden (33,33%)dengan tingkat kecemasan ringan
(Tabel 8). Hal tersebut memperlihatkan  penurunan angka tingkat kecemasan
pada pasien  persalinan setelah diberikan prosedur teknik nafas dalam.
Berdasarkan data selanjutnya dilakukan analisa data dengan
menggunakan paired t-tes, adapun hasil pengolahan data menggunakan
paired t-tes adalah dengan menguji hasil beda antara pre dan post perlakuan.
Adapun output sebagai berikut, diketahui t hitung 13.000 dibandingkan t tabel
dengan df-1 = 12-1 =11 dengan nilai signifikan 0,05. sehingga t tabel =1.796,
sehingga 13.000>1,796 (t hitung >t tabel), dengan demikian Ho ditolak,
artinya ada beda secara signifikan tingkat kecemasan pada ibu persalinan
kala I antara sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam dan setelah
diberikan teknik nafas dalam. Dengan kata lain, pemberian teknik nafas
dalam efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada persalinan kala I.
Berikut ini disajikan tabulasi data dari tabel 1 sampai dengan 8 :
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Pekerjaan, dan Riwayat
Persalinan
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia :
a. 20 – 25 tahun
b. 26 – 30 tahun
d. 31 - 35 tahun
3
6
3
25
50
25
Jumlah 12 100
2 Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Wiraswasta
c. Bidan
d. PNS Guru
7
1
2
2
58,33
            8,33
       16,67
          16,67
Jumlah 12 100
3 Riwayat persalinan
a. Multigravida
b. Primigravida
7
5
58,33
           41,33
Jumlah 37 100
Sumber : data primer tahun 2007
Tabel 2. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur menggunakan AAS
berdasarkan Umur
Tingkat kecemasan Total Umur
Berat % Sedang % Frekuensi %
20 – 25 tahun 3 25,0 0 0 3 25
26 – 30 tahun 5 41,66 1 8,33 6 50
31 – 35 tahun 1 8,33 2 16,67 3 25
Jumlah 9 74,99 3 25,0 12 100
Sumber : data primer 2007
Tabel 3. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur menggunakan  AAS
berdasarkan Pekerjaan
Tingkat kecemasan Total Pekerjaan
Berat % Sedang % Frekuensi %
PNS guru 2 16,67 0 0 2 16,77
Wiraswasta 1 8,33 0 0 1 8,33
Ibu rumah tangga 5 41,66 2 16,67 7 58,0
Bidan 1 8,33 1 8,33 2 16,67
Jumlah 9 74,99 3 24,99 12 100
Sumber : data primer 2007
Tabel 4. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur Menggunakan AAS
berdasarkan Riwayat Persalinan
Tingkat kecemasan Total Jenis Persalinan
Berat % Sedang % Frekuensi %
Multigravida 4 33,33 3 25 7 58,0
Primigravida 5 41,33 0 0 5 41,33
Jumlah 9 74,99 3 25 12 100
Sumber : data  primer 2007
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Persalinan Kala I
Tingkat
kecemasan
12 13.000 0,000
Sumber: data primer 2007
Tabel 6. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Sebelum  Perlakuan pada Pasien Persalinan
Kala I dengan Pengukuran Menggunakan AAS.
Tingkat Kecemasan Pre Test
Tingkat
Kecemasan
Frekuensi Persentase Persentase Persentase
kumulatif
Sedang 3 25,0 25,0 25,0
 Berat 9 75,0 75,0 100,0
 Total 12 100,0 100,0
Sumber: data primer 2007
Tabel 7. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap
PerubahanTingkat  Kecemasan Sesudah Perlakuan pada Pasien
Persalinan Kala I dengan Pengukuran Menggunakan AAS.
Tingkat Kecemasan Post Test
Tingkat
Kecemasan
Frekuensi Persentase Persentase Persentase
kumulatif
Ringan 4 33,3 33,3 25.0
Sedang 8 66,7 66,7 100,0
 Total 12 100,0 100,0
Sumber: data primer 2007
Tabel 8. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas dalam Pre dan Post  Test  dan
diukur dengan menggunakan AAS
Tingkat
Kecemasan
Jumlah
responden
pre
intervensi
Pre
Intervensi
Frekuensi
(%)
Jumlah
responden
post intervensi
Post
Intervensi
Frekuensi
(%)
Tidak ada cemas 0 0 0 0
Cemas ringan 0 0 4,0 33,33
Cemas sedang 3 25,0 8,0 66,67
Cemas berat 9 74,97 0 0
Panik 0 0 0 0
Total 12 100 12 100

Pembahasan
Gambaran Pasien Yang Mengalami Kecemasan pada Persalinan Kala I
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak nyaman dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi suatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya dari sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam
(Depkes RI, 1990).
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya
tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan and Sadock,
1997). Sitat dalam Muzaham, 1997 menggambarkan kecemasan dalam dua
golongan yaitu : Pertama, kekhawatiran mengambang ( floating anxiety ) yaitu
respon umum yang biasa dialami oleh setiap orang, tidak terlepas dari
penyakit itu sendiri. Kedua, kecemasan khusus ( specific anxiety ) yaitu suatu
respon psikologis terhadap demam atau rasa sakit yang bakal dialami sesuai
dengan tingkat keparahan atau ancaman yang ditimbulkan oleh suatu gejala
penyakit. Berdasarkan penggolongan tersebut, kekhawatiran pasien yang
disebabkan karena perubahan lingkungan, hilangnya kontak sosial dan
prosedur rumah sakit lainnya, yang dikatakan sebagai floating anxiety,
sedangkan specific anxiety yang dialami pasien disebabkan oleh keadaan
sakit pasien, yaitu gejala-gejala penyakit, tingkat keparahan, pengobatan
serta hasil pengobatan.
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh
dengan tekanan. Stress dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman
terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja
untuk melegakan tingkah laku stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau
fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor
etiologi dalam pengembangan kecemasan (Stuart and Sudeent, 1998).
Gambaran pasien di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe
Sragen yang mengalami kecemasan pada umumnya memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut ; keadaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan,
atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber actual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sudeens, 1998). Pemberian teknik nafas
dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk
mencapai keadaan rileks, memusatkan perhatian pada teknik pernafasan,
dan mengencangkan serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat merasakan perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Dari
hasil penelitian, gambaran tingkat kecemasan setelah pemberian teknik nafas
dalam pada waktu selama 15 menit diperoleh penurunan nilai tingkat
kecemasan rata-rata standar devisiasinya 0,4923.
Gambaran Penggunaan Teknik Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pasien persalinan.
     Dari banyak jenis terapi, pernafasan adalah salah satu yang diyakini
bisa menyembuhkan berbagai penyakit dari sesak nafas hingga kanker lewat
kemampuannya memperlancar peredaran darah (Lilik, 2006). Pernafasan
bagi proses dalam tubuh, psikologis, olahraga, estetika, spiritual, dan
penyembuhan, semuanya bisa ditingkatkan hingga ke tingkat yang luar biasa
dengan mengembangkan pernafasan secara sadar dan belajar bagaimana
membangkitkan dan mengarahkan energi yang disediakan oleh pernafasan
yang benar dan terampil (Zi, 2003).
Teknik nafas dalam juga dapat memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stres fisik dan emosi yang
disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu
yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat. Pelaksanaan
teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif. (Potter dan Perry, 2006).
Menguasai teknik pernafasan merupakan modal penting karena teknik
tersebut sangat berguna selama proses persalinan berlangsung. Keuntungan
utamanya, teknik pernafasan tersebut memberi perasaan yang luar biasa
indah dalam mengontrol tubuh. Pernafasan dapat meningkatkan kemampuan
menahan rasa sakit. Dari hasil penelitian pemberian teknik nafas dalam
dalam penurunan tingkat kecemasan pada jarak waktu 15 menit diperoleh
nilai rata-rata 200-299 tingkat kecemasan sedang. Dengan standar
deviasinya = 0,4932. Sedangkan pada standar penurunan tingkat kecemasan
diperoleh nilai rata-rata  adalah 150 -199 kecemasan ringan dengan standar
deviasinya = 0,2886.
Perbedaan Pengaruh Pemberian Teknik Nafas Dalam Sebelum Dan
Sesudah Perlakuan Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan
       Perlakuan teknik nafas dalam banyak memberikan pengaruh
penurunan tingkat kecemasan setelah diberi perlakuan selama 15 menit. Hal
ini dapat dikatakan bahwa pemberian teknik nafas dalam efektif dilakukan
untuk penurunan tingkat kecemasan pasien persalinan kala I dengan hasil
yang diperoleh adalah sebelum diberikan perlakuan tingkat kecemasan
pasien 300-399 cemas berat. Setelah diberikan perlakuan teknik nafas dalam
selama 15 menit diperoleh rata-rata penurunan tingkat kecemasan yaitu 200-
299 cemas sedang.  Selanjutnya apabila hasil tersebut dianalisis dengan uji
statistik t-test berdasarkan hasil nilai = t hitung>dari pada t tabel =
13.000>1,796 dengan taraf singnifikan 0,05 sehingga Ho ditolak, artinya  ada
perbedaan secara signifikan tingkat kecemasan pada ibu yang menjalani
persalinan kala I antara sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam dan
setelah diberikan teknik nafas dalam.    Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pernafasan adalah salah satu yang diyakini bisa
menyembuhkan berbagai penyakit dari sesak nafas hingga kanker lewat
kemampuanya memperlancar peredaran darah. Pernapasan bagi proses
dalam tubuh, psikologis, olah raga, estetika, spiritual, dan penyembuhan,
semuanya bisa ditingkatkan ke tingkat yang luar biasa dengan
mengembangkan penapasan secara sadar dan belajar bagaimana cara
membangkitkan dan mengarahkan energi yang disediakan oleh pernapasan
yang benar dan terampil (Zi, 2003).
 Hal tersebut juga diperkuat dengan teori Chy yi yang menyatakan bahwa
pada masa lahir dan pasca lahir, beberapa latihan fisik dianjurkan untuk
membantu kelahiran dan pemulihan. Latihan pernafasan yang khusus
biasanya jarang dianjurkan. Jika sudah terampil melakukan pernapasan
dalam-dalam maka pembangunan latihan fisik dan pernafasan akan
memberikan hasil yang lebih baik, metode psikoprofilaktik yaitu persiapan
psikologis dan fisik menjelang persalinan atau disebut juga dengan metode
lemaze atau metode lain untuk persalinan yang alami. Semua metode itu
membutuhkan keterampilan bernafas sesuai dengan tahap-tahap persalinan
pembukaan, peralihan dan pengejanan  dengan menggunakan metode Chy
Yi (Zi, 2003). Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu yang sakit bisa juga digunakan pada individu yang sehat. Pelaksanaan teknik ini bisa
berhasil jika pasien kooperatif (Potter dan Perry, 2006). Begitu juga menurut
Neumen, bahwa manusia merupakan sistim internal yang terbuka dan
terinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat
menyebabkan stress (stressor). Adapun stressor menyebabkan seseorang
untuk berinteraksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme
pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab stress dapat berasal
dari diri sendiri, diluar individu atau interaksi dengan orang lain. Pengaruh
stressor serta kemampuan koping yang digunakan (Gaffar, 1999).
Penurunan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I sesudah
diberikan perlakuan teknik nafas dalam sesuai dengan tori yang dikemukakan
oleh Chilson (1997) menjelaskan bahwa pasien yang tidak mengalami
penurunan tingkat kecemasan apabila kurang atau tidak mendapatkan
informasi prosedur persalinan dan kecemasan pasien persalinan tersebut
akan menurun apabila diberi informasi atau penjelasan yang kuat oleh tenaga
kesehatan. Selain itu juga ada ahli yang menyatakan bahwa pasien yang
telah mendapatkan penjelasan sebelum persalinan maka akan marasa lebih
tenang dari hal-hal ini mengurangi rasa sakit, atau komplikasi lain setelah
persalinan, disamping memperpendek lamanya perawatan di klinik bersalin.
Dilihat dari uji statistik pada penelitian ini, dibandingkan dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil yang sama, yaitu teknik
nafas dalam efektif atau berpengaruh untuk menurunkan tingkat kecemasan
pasien persalinan kala I dan secara statistik berbeda.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, karakteristik tingkat
kecemasan pada pasien persalinan kala I sebelum diberi perlakuan teknik
nafas dalam tingkat kecemasan pasien berkisar panik, besar, sedang, ringan.
Karakteristik tingkat kecemasan pasien setelah diberi perlakuan teknik nafas
berkisar cemas ringan,sedang dan berat. Kedua, terdapat perbedaan yang
signifikan pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien persalinan kala I.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Renika
Cipta, Jakarta
Bobak, et al. (2005) Buku Ajar : Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Corwin, E. (1997) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Darajat, 2. 1998. Ilmu Jiwa, Bulan Bintang Jakata
Farrer, Helen. (1999) Perawatan Maternitas. Alih Bahasa : Andry Hartono.
Jakarta : EGC.
Gaffar, L.J. (1999) Pengantar keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Hawari, dadang, (2001). manajemen stres cemas dan depresi. Balai Penerbit.
FKUI, Jakarta
Henderson, C. (2005) Buku Ajar Konsep Kebidanan. Alih bahasa : Ria
Anjarwati. Jakarta ECG
Hidayat, A.A.(2005) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba  Medika.
Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. (1998). Ilmu Kedokteran Jwa Darurat,
Widya Medika, Jakarta
Long, BC. 1996, Perawat Medikal Bedah, Edisi 2, Alih Bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan, Pajajaran, Bandung
Mander, Rosemari. (2004) Nyeri Persalinan. Alih Bahasa : Bertha Sugiarto.
Jakarta : EGC.
Maulana. (2003) ”Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Partum Di RSUD Bantul” Skripsi FK Muhamadiah
Yogyakarta.
Mardeyanti. (2001) Perbedaan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dan
Miltigravida Menghadapi Persalinan. Puskesmas Tegal Rejo
Yogyakarta. Skripsi FK Muhamadiah Yogyakarta.
Margatan, Arcole. (1997) Kiat Sehat Menanggulangi Stres : Tekanan Mental
Yang Dapat Menjelma Menjadi Penyakit Berat. Solo : CV. Aneka.
Mochtar, Rustam.(1998) Sinopsis Obstetry : Obstetry  Fisiologi & Obstetry
Patologi. Jakarta : EGC.
Murkoff, Heidi. (2006) Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan.
Alih Bahasa : Susi Purwoko. Jakarta : Arcan.JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Notoatmojo, S. (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rinika
Cipta.
Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nuraeni. (2004) Pengaruh Bimbingan Relaksasi Nafas Dalam Tergadap
Kecemasan Ibu Inpartu Primigravida Kala I Di Puskesmas Sleman
Yogyakarta, Skripsi FK UGM.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, vol. 2, ed.5.Alih Bahasa : Yasmin, A.
Jakarta : EGC.
Prawirohusodo, S. 1998. Stres dan kecemasan. Kumpulan makalah
simposium stres dan kecemasan, Fakultas Kedokteran Jiwa, FKUGM,
Yogyakarta
Riwidikdo, H. (2006) Statistik Kesehatan : Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Mitra Cendekia Press
Schrock, Theodore R, MD. 1997. Ilmu Bedah (Handbook Or Surgency), Edisi
7 Alih Bahasa Oleh Med. Adji Dharma, ECG, Jakarta
Smeltzer, S.C and Bare, B.G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudaarth, vol.1, ed.8. Alih Bahasa : Monica E, Ellen P.
Jakarta : EGC.
Stoppar, M. 2006, Buku pintar kehamilan.  Magelang. Jawa Tengah
Stuart G. W. Sundeen, S.J. 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3,
ECG. Jakarta
Zi, N. (2003) The Art of Breathing. Jakarta :PT Buana Ilmu Populer

KESEHATAN TENTANG ABORTUS

JURNAL KESEHATAN TENTANG ABORTUS

Posted by Nia Anggara on 16.06

ABSTRACT

Abortus are circumstances that indicate the products of conception before the fetus expenditure can live outside the womb or termination of pregnancy before the fetus weighed 500 grams or gestational ages less than 20 weeks. This situation may improve morbilitas and maternal and fetal mortality.
    The high incidence of incomplete abortion can not be separated from the state of the mother during pregnancy is also influenced by various factors including: maternal age, parity and occupation.
    This research uses a survey method with a descriptive approach with a population of 77 cases and samples are all pregnant women who experienced incomplete abortion di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2009 were 54 cases.
    From the results of this study, the incidence of incomplete abortion by the age of    20-35 years (62,96%) higher than women with age < 20 years and > 35 years (37,04%), the incidence of abortion with parity 2-3 (53,71%), higher than the mothers with parity 1 and > 3 (46,29%), mothers who work  > 8 hours (IRT, self-employed) (72,22%) higher than in women who worked < 8 hours (PNS) (27,78%).
    Suggested the need for further research about other factors associated with incomplete abortions or research on the factors that have been analyzed using other methods.
Key Words    :  Incomplete Abortion

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kebidanan dalam arti menolong persalinan dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong oleh dukun atau mereka yang mengkhususkan diri dalam pertolongan persalinan, tanpa membolehkan tenaga medis lainnya untuk ikut membantu melakukan hal tersebut.
Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia yang masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lain, contoh di   Filipina terdapat 2.000 orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa. Maka sudah dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia menjadi paling tinggi di Asia Tenggara.
Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta terlambatnya sistem rujukan (Manuaba, 1999).
1
 
Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.





1.2    Tujuan Penulisan
1.2.1   Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
1.2.2   Tujuan Khusus
1.      Mengidentifikasi data fokus keperawatan melalui pengkajian pada ibu hamil denagn kejadian abortus.
2.      Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
3.      Mengidentifikasi rencana intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
4.      Menerapkan implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
5.      Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.

1.3    Manfaat Penulisan
1.3.1   Bagi mahasiswa
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus sehingga dapat menambah pengalaman dan pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus.
1.3.2   Bagi Institusi pendidikan
Meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus di rumah sakit sehingga dapat menetapkan prosedur tetap mengenai model asuhan keperawatan yang tepat digunakan pada ibu dengan permasalahan abortus.

 
BAB II
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi Abortus
2.1.1      Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2.1.2      Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).
2.2    Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala
2.2.1       Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a.    Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala
·      Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.
·      Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
·      Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
·      Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
·      Serviks tertutup.
b.    Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
Tanda dan Gejala
·      Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
·      Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
·      Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
c.    
4
 
Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.

Tanda dan Gejala
·      Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
·      Nyeri perut bawah mirip kejang.
·      Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
·      Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
d.   Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.
Tanda dan Gejala
·      Serviks menutup.
·      Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
·      Gejala kehamilan tidak ada.
·      Uji kehamilan negatif.
e.    Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala
·      Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.
·      Buah dada mengecil kembali.
·      Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.
f.     Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.
g.    Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.
Tanda dan Gejala
·      Demam kadang – kadang menggigil.
·      Lochea berbau busuk.
     
2.2.2       Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
             Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a.    Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b.    Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
2.3    Etiologi Abortus
2.3.1      Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).
2.3.2      Penyakit ibu       
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a.    Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.
b.   Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.
c.    Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d.   Gizi ibu yang kurang baik.
e.    Kelainan alat kandungan:
·     Hypoplasia uteri.
·     - Tumor uterus
·     - Cerviks yang pendek
·     - Retroflexio uteri incarcerata
·     - Kelainan endometrium
f.    Faktor psikologis ibu.
2.3.3      Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

2.3.4      Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.

2.4    Web Of Caution (WOC)                        
2.5    Penatalaksanaan Abortus
2.5.1     Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
a.    Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).
b.    Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.
c.    Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).
d.   Dilarang coitus sampai 2 minggu.
2.5.2     Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
a.  Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.
b.  Mengurangi nyeri dengan sedativa.
c.   Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
2.5.3     Abortus incompletus
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
2.5.4     Abortus febrilis
a.     Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
b.    Diberi atobiotika.
c.     Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.
2.5.5     Missed abortion
a.     Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.
b.     Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

2.6    Penyulit Abortus
a.       Perdarahan hebat.
b.       Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
c.       Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.
d.      Shock bakteri karen atoxin.
e.       Perforasi saat curetage




 
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1.     Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2.     Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.

3.2  Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.



DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid IIPenerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach,WB. Sauders Company, Philadelphia.

Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.